Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesta Untung Bank Besar, BRI Muncul Sebagai Pemenangnya

Pesta Untung Bank Besar, BRI Muncul Sebagai Pemenangnya
ILUSTRASI. Bank-bank yang masuk dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 kompak mencetak laba di periode pertama tahun ini./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/01/2021.

Tuanwara - Pada kuartal I tahun ini, bank-bank yang tergabung dalam Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 kompak melaporkan laba. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menghasilkan uang paling banyak sepanjang waktu itu.

BRI memiliki posisi laba terbesar dengan nilai Rp 29,42 triliun sekaligus menjadi yang terakhir menyampaikan hasil keuangannya. Tingkat pertumbuhan tahunan (YoY) laba ini sebesar 18,72%.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan laba Rp 25,2 triliun menempati posisi kedua. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang membukukan laba Rp 24,19 triliun hanya berada di posisi ketiga.

Menariknya, jika dibandingkan dengan bank KBMI 4 lainnya, BBCA mengalami peningkatan terbesar pada semester pertama tahun ini. Peningkatannya mungkin mencapai 34,02% YoY.

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BRI mampu menempati posisi teratas dalam hal pendapatan tertinggi sejak triwulan I 2022. Posisi tersebut dijabat oleh BBCA pada tahun-tahun sebelumnya.

BBRI berada di urutan kedua dengan Rp31,07 triliun, sedangkan BBCA melaporkan laba sebesar Rp31,42 triliun pada tahun 2021. Laba terbesar pada tahun 2020 adalah Rp27,15 triliun yang diperoleh BBCA, sedangkan BBRI sebesar Rp18,6 triliun.

Jika dicermati, keadaan ini sejalan dengan merger yang terjadi antara BBRI, Pegadaian, dan PNM menjelang akhir tahun 2021. Mereka menciptakan apa yang kini disebut sebagai ultra micro holding.

Sektor mikro yang tumbuh 11,4% YoY menjadi Rp 577,94 triliun pada semester pertama tahun ini menjadi salah satu penopang pengembangan laba, menurut Direktur Utama BRI Sunarso.

Dengan capaian tersebut, proporsi pinjaman mikro terhadap seluruh pinjaman yang diberikan BRI mencapai 48,08 persen. dimana Rp1.015,54 triliun merupakan total kredit sektor UMKM.

“Kredit UMKM BRI kini untuk pertama kalinya mencapai Rp1.000 triliun, dan porsi kredit UMKM akan terus kami tingkatkan hingga mencapai 85% pada tahun 2024,” kata Sunarso.

Hingga akhir triwulan II tahun 2023, telah terhubung lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah tabungan mikro, khususnya untuk pengembangan holding ultra mikro.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, sependapat, pendapatan BBRI meningkat drastis pasca konsolidasi. Hal ini membantu BBRI dalam menjangkau lebih banyak klien.

Menurut Nico, bank lain belum memiliki nasabah yang segmented seperti ini.

Alhasil, Nico kini merekomendasikan BBRI sebagai saham. Padahal target harga saham tersebut adalah Rp. 6.050.

Nico juga mencermati NPL yang dimiliki BRI selama ini yang dinilai membaik meski kreditnya tumbuh. Ia mengklaim, hal ini menunjukkan BBRI terus memanfaatkan penyaluran kredit cerdas.

NPL BRI saat itu dilaporkan sebesar 2,95%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan posisi yang sama pada tahun lalu sebesar 3,26%.

Nico mengatakan, pihaknya saat ini menikmati BBCA selain BBRI. Hingga akhir tahun, dia menginginkan harga saham BBCA menjadi Rp 10.000.

Menurut EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn, pihaknya yakin kinerja tahun ini akan meningkat seiring dengan kredit yang diperkirakan masih cukup besar.

Sebagai informasi, dalam kurun waktu yang sama, BBCA mengucurkan pinjaman sebesar Rp 736 triliun. Kenaikannya sebesar 9,04%, yang merupakan pertumbuhan tertinggi kedua setelah pertumbuhan BMRI sebesar 11,78% YoY.

Konsep kehati-hatian selalu diterapkan BCA, ujarnya.

Posting Komentar untuk "Pesta Untung Bank Besar, BRI Muncul Sebagai Pemenangnya"